Senin, 16 Desember 2013

Gupi dan Hari Senin yang Menyebalkan



HARI telah senja. Matahari baru saja terbenam di langit barat. Cahaya yang menembus dasar laut dangkal mulai meredup. Saatnya malam menggantikan tugas sang matahari. Nampak kehidupan di sebuah sudut karang yang dihuni oleh keluarga gurita. Rumah di sebuah gua kecil salah satu sudut karang laut. 

“Traa lalaaa liliii… senang sekali aku hari ini… banyak kenal kawan-kawan baru… Traa lalaaa liliii,” nyanyian Gupi sambil menghempaskan tubuhnya di bangku.

Yaaa, Gupi adalah nama seekor gurita merah kecil. Dia masih anak-anak yang imut, polos dan ceria. Hari itu wajah Gupi sangat gembira, setelah seharian berwisata ke karang laut di seberang rumah tinggalnya. Menikmati hari Minggu, berlibur dengan Papa Mamanya sekaligus merayakan ulang tahun Boly kawan karibnya di sekolah.

Hari libur dengan acaranya menyenangkan, Gupi berkenalan dengan kawan baru ada Carla si kerang laut, Sashi anak ikan pari, Lola si kuda laut, Mimi si rumput laut dan masih banyak lagi. Jadi tambah banyak kawan si Gupi. 

“Gupi, ayoo segera siapin buku-buku buat pelajaran besok,” kata Mamanya membuyarkan lamunan Gupi.

“Duhh udah malam yaa,” jawab Gupi sambil bermalas-malas beranjak. “Gupi senang sekali Ma hari ini.”

“Iya Nak, Minggu depan kita masih bisa jalan-jalan lagi,” kata Mamanya.

“Minggu depan? Aduuuhh masih lama Maaa. Gupi ingin segera bisa main seharian sama Carla, Lola, Sashi, Mimi dan kawan-kawan lainnya,” jawab Gupi cemberut.

“Gupi, besok khan hari Senin, besok harus sekolah dulu yaa Nak,” jawab Mamanya sabar.

“Aaaaaaaaa, sebal, sebal, Gupi sebal sama hari Senin, Gupi gaak mau ada hari Senin, mesti sekolah, gaak bisa main,” jawab Gupi sedih.

“Yaa udah, kalo besok gaa mau sekolah, Mama minta ijin sama Bu Guru Gupi. Ayoo kita bobok,” kata Mamanya penuh kasih sayang.

“Jadi Gupi besok boleh ga sekolah Ma? Horeeeee!” teriak Gupi.

Mamanya hanya geleng-geleng kepala karena sedih. Nampaknya Gupi belum memahami bahwa membolos sekolah itu tidak baik. Mama lalu menggendong Gupi dan beranjak ke kamar. Malam itu usai sudah hari Minggu. Hingga Senin menjelang keesokan harinya. 

***

Pagi cerah di lingkungan karang tempat tinggal Gupi. Gupi masih mengantuk saat mendekati Mamanya di dapur. Mamanya sedang memasak makanan. Nampaknya Mama memasak makanan tak seperti biasanya. Banyak sekali. Ada kue-kue, nastar, bolu, cryspi dan masih banyak lagi. Waah ternyata gurita mau juga makan kue yaah.

“Hoaaammzzz,” Gupi menguap sambil mengucek-ucek mata belo-nya.

“Pagi sayang, mau masuk sekolah gak?” Tanya Mamanya.

“Pagi Mama. Nggak aah, sekolah besok aja, hari Senin bikin malas,” kata Gupi.

“Ooo, ya udah, tadi Papa udah bawa surat ijin Gupi ke sekolah. Hmmm jadi sekarang Gupi mau ngapain? Bantu Mama atau mau apa?” Tanya Mama.

“Gupi mau ke rumah Carla terus mau main ma Sashi. Asyiiikkk. Boleh yaa Mama?” Tanya Gupi.

“Boleh saja, hmmm tapi emangnya Carla dan Sashi ada di rumah, bukannya mereka masuk sekolah?” Tanya Mamanya tersenyum.

Gupi terdiam. Nampak dia berpikir sesuatu. “Benar juga kata Mamanya, Carla, Sashi dan teman lainnya pada pergi ke sekolah. Aduuuhhh lalu saya mau ngapain yak?” Gumamnya sendirian.

“Gupi,” tiba-tiba Mamanya memanggil. Gupi menoleh melihat Mamanya yang sedang mencuci piring.

“Ayoo mandi dulu, terus sarapan. Mama masak banyak kue-kue kesukaan Gupi,” lanjut Mama.
“Iya Ma, tapi kok Mama masak banyak sih? Ada acara apa Ma?” Tanya Gupi.

Mama mendekat dan merengkuh Gupi lalu mendudukkannya di bangku meja makan. Sambil tersenyum Mama berkata, ”Gupi hari ini, Mama dan Papa ulang tahun pernikahan. 5 tahun yang lalu di tanggal hari Senin ini, Mama dan Papa khan menikah. Nanti malam kita rayakan bersama Papa yah.”

“Ooo, Gupi ga tau, biasanya nggak ada perayaan begini Ma,” Tanya Gupi lagi.

“Iya, ini perayaan ultah pernikahan yang pertama, merayakan kebahagiaan Mama dan Papa yang berbahagia sudah diberikan putri cantik seperti Gupi ini,” jawab Mama lagi.

“Oooooo,” sahut Gupi.

“Hari Senin, buat Mama dan Papa hari yang selalu berbahagia. Kami selalu mengingatnya. Ooo iiiyaa Gupi juga lahir hari Senin lhooo,” tutur Mama.

“Iyaa Maa? Gupi lahir hari Senin,” tanya Gupi terbelalak.

“Iyaa sayang, Gupi lahir Senin fajar, sebelum Paman Matahari terbit. Mama selalu ingat itu,” jawab Mama.

Mama melanjutkan bicara, ”Buat Mama semua hari adalah baik, special karena pasti mengingatkan akan sesuatu kebahagiaan. Keluarga lain mungkin juga begitu. Nah hari Senin mengingatkan Mama dan Papa karena kelahiranmu dan juga hari pernikahan Mama Papa. Hari Selasa, Rabu dan lainnya juga baik karena juga mengingatkan kejadian sesuatu.”

“Getu yaa Ma, berarti tidak ada hari yang menyebalkan?” Tanya Gupi.

“Tentu tidak Sayang, semua hari dalam seminggu adalah baik. Hari Senin kamu bisa jumpa kawan-kawan sekolah, bermain bersama setelah hari Minggu tidak berjumpa, Iya khan?”

Gupi mengangguk, dan berpikir. “Iya yaa, hari ini kalau tidak masuk sekolah, ga bisa jumpa teman-teman sekolah. Tak bisa ketemu Guru menggambar, tak bisa belajar mewarnai. Ternyata hari Senin juga hari kelahiranku, dan juga hari pernikahan Mama dan Papa. Hari Senin hari berbahagia. Jadi selama ini Gupi salah, menganggap hari Senin menyebalkan. Kalau getu Gupi gak akan sebal lagi sama hari Senin. Gupi mau sekolah. Gupi mau belajar. Gupi mau bermain bareng teman-teman. Gupi mau berbagi kue nanti sama teman-teman.”

“Maaa, antar Gupi sekolah yaa. Gupi mau belajar. Gupi mau ketemu teman-teman. Gupi gak sebal lagi sama hari Senin,” kata Gupi ceria sambil beranjak dari bangku.

Mama mengangguk. Bahagia, Gupi sudah memahami sesuatu hari ini. “Boleh, sekarang ayoo mandi dulu,” ajak Mama.

“Iya Ma, Gupi mandi duluu,” kata Gupi sambil berlari menuju kamar mandi. “Siapin bekal kue kuee yang banyaakkkkk yaaa Maaaaa! Gupi mau bagi sama teman-teman sekolah, ngrayain hari Senin!!” suara teriakan Gupi sambil berlari.

Mamanya geleng geleng kepala. Kali ini gelengan kepala karena perasaan haru. Terharu pada buah hatinya, Gupi kecil. 

“Traaalalalaa liliiii… akuu sekolah lagii …. Tra lalaa trii liliii… aku suka Senin lagiii..lalalaaa….,” Sayup-sayup terdengar dendang lagu riang Gupi dari kamar mandi.

Begitulah sejak itu Gupi rajin sekolah, belajar dan bermain dengan teman-temannya. Ia teramat mencintai hari-hari yang dilaluinya. Semua hari dinikmati dengan riang gembira. Tidak ada hari yang menyebalkan lagi bagi Gupi, termasuk hari Senin. (RG)

*****

Cerita ini diikutsertakan untuk Lomba Cerpen Anak yang diadakan Winner Class

Share this

0 Comment to "Gupi dan Hari Senin yang Menyebalkan"

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar berunsur SARA. Mari berkomentar dengan santun, berdiskusi untuk manfaat bersama. Terima kasih